Sumbangan Immanuel Kant untuk Dunia Pengetahuan

Endah Octaningrum  Wahani Sejati
13709251049
PPs UNY Pend. Matematikan B

Refleksi 3 Filsafat Ilmu

Sumbangan Immanuel Kant untuk Dunia Pengetahuan

Ilmu pengetahuan memiliki jalan yang amat panjang dalam sejarah perkembangannya.  Dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang amat kompleks. Perjalanan Ilmu Pengetahuan tak pernah kunjung usai. Kemunculan ide Immanuel Kant yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Semenjak itu refleksi filsafat mengenai pengetahuan manusia menjadi menarik perhatian. Pada abad ke-18 inilah Filsafat Pengetahuan lahir. Bagaimanakah pandangan Kant, yang terkenal dengan filsafat kritisnya itu?

Syarat dasar bagi suatu pengetahuan menurut Immanuel Kant yaitu bersifat umum dan perlu mutlak namun sekaligus memberi pengetahuan yang baru. Hal ini agak bertentangan  dengan aliran empirisme dan rasionalisme. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio, kebenaran pasti berasal dari rasio (akal).  Sedangkan aliran empirisme, sebaliknya, meyakini pengalamanlah sumber pengetahuan itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan kedua pendapat berbeda itu yang diusung oleh Immanuel Kant (1724-1804 M) sebagai ”jembatan penghubung” antara aliran empirisme dan rasionalisme.
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M), ia menegaskan perlunya metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Rasionalisme berpendapat bahwa sumber utama pengetahuan adalah akal budi yang bersifat apriori, dan bukan pengalaman inderawi. Proposisi dari aliran rasionalisme bersifat analitis dan a priori
Aliran empririsme nyata dalam pemikiran David Hume (1711-1776 M), yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan (menekankan unsur-unsur aposteriori).  Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Proposisi dari aliran empirisme bersifat sintesis dan aposteriori.
Menurut Kant, proposisi yang bersifat sintesis a priori merupakan proposisi yang sifatnya benar tanpa memerlukan pertimbangan dari pengalaman. Lebih jauhnya, proposisi yang bersifat sintesis a priori seperti misalnya: “Segala sesuatu pasti memiliki sebab”, tidak pernah bisa dibuktikan oleh para penganut aliran empirisme karena mereka telah terdoktrin bahwa “pasangan” dari sintesis adalah posteriori dan sebaliknya penganut aliran rasionalisme, “pasangan” dari analitis adalah apriori. Filsafat Kant bermaksud untuk memugar sifat objektivitas dunia dan ilmu pengetahuan. Supaya tujuan itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak dari empirisisme. Rasionalisme mengira telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya lepas dari segala pengalaman. Sedangkan empirisisme mengira hanya dapat memperoleh pengenalan dari pengalaman saja.
Suatu contoh putusan sintesis bersifat a posteriori dan putusan analitis bersifat a priori menghubungkan dua pengertian yang terdiri dari subjek dan predikat. Dalam satu putusan seperti “meja itu bagus”, maka predikatnya (bagus) menambahkan sesuatu yang baru kepada subjeknya (meja). Karena tidak semua meja adalah bagus. Putusan ini disebut putusan yang sintetis, karena menambahkan sesuatu yang baru terhadap subjeknya dan diperoleh secara a posteriori, atau melalui pengalaman dengan melihat meja itu dan membandingkan dengan meja-meja lain. Inilah putusan yang dihasilkan oleh empirisisme.
Dalam putusan yang lain seperti “lingkaran adalah bulat”, ternyata predikatnya (bulat) tidak memberi sesuatu yang baru terhadap subjeknya (lingkaran). Maka hal ini disebut putusan yang analitis, dan bersifat a priori, atau bisa diperoleh hanya melalui kegiatan pemikiran akali saja tanpa dibutuhkannya suatu pengalaman. Inilah putusan yang dihasilkan oleh rasionalisme.
Imanuel Kant mencoba mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan ini.  Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh, dan salah separuh.  Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Menurut Immanuel Kant syarat dasar pengetahuan yaitu bersifat umum dan perlu mutlak namun sekaligus memberi pengetahuan yang baru. Empirisme memberikan putusan-putusan yang sintetis, jadi tidak mungkin empirisme memberikan suatu yang bersifat umum dan perlu mutlak. Sebaliknya rasionalisme memberikan putusan-putusan yang analitis, jadi tidak memberikan suatu pengetahuan yang baru. Lalu Immanuel Kant membuahkan usaha raksasa mengusung aliran kritisisme yaitu sintetis a priori.
Apakah dunia pendidikan di zaman post post modern saat ini mengusung aliran kritisisme yaitu proposisi yang bersifat sintesis a priori? Kita melihat realita saat ini hasil rancangan kurikulum 2013 diciptakan oleh tim ahli pengetahuan murni yang notabenenya bukan berasal dari dunia pendidikan, sehingga hal-hal yang bersifat humaniora diabaikan, padahal humaniora bertujuan membuat manusia lebih manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih berbudaya.

0 komentar:

Posting Komentar