Endah Octaningrum
Wahani Sejati
13709251049
PPs
UNY Pend. Matematikan B
Refleksi 2
Filsafat Ilmu
Indahnya
Ketidaksempurnaan
Manusia
dan masalah laksana sepasang sandal jepit yang saling beriringan menapaki
kehidupan. Dalam hal ini, bagaimana cara manusia secara arif dan bijak untuk
menyikapi dan menyelesaikan masalah.
Gagal
belum mendapatkan beasiswa, target yang direncanakan tidak selaras dengan
output, cita-cita yang didambakan tak kunjung teraplikasi. Bagaimana sikap kita
menghadapi masalah seperti itu? Apakah pasrah adalah solusi yang tepat?
Tergantung dari kacamata mana kita memandangnya, pasrah berserah diri yang
berarti pasrah setelah berusaha semaksimal mungkin atau pasrah fatalisme yaitu
pasrah yang berarti patah semangat, menyerah berhenti berjuang.
Kita
perlu memahami pasrah dari dimensi spiritual, yakni dengan mengatur
keseimbangan antara pasrah dan ikhtiar. Pasrah dalam arti fatal berkonotasi
negatif adalah pasrah dalam arti patah semangat, sikap tersebut tidak boleh ada
pada diri kita. Pasrah berkonotasi positif yaitu berusaha semaksimal mungkin
dengan keadaan pasrah (ikhlas dalam berusaha). Cara agar kita bisa terhindar
dari sikap pasrah yang fatal ialah dengan menetapkan hati dan spiritual kita
sebagai landasan dari kehidupan yang telah tertulis pada Al-Quran surat Ar-Rad
ayat 11 yang isinya “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum
kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka”. Berarti
Allah mengizinkan untuk berlaku sikap pasrah yang pertama karena memang sudah
kodrat manusia untuk pasrah setelah berikhtiar.
Perselisihan
adalah contoh dari sebuah masalah yang dihadapi manusia. Misalnya perselisihan
antara dua orang anak. Karena kedua anak tersebut sama-sama memiliki kekuasaan
yang sama, maka untuk menengahi dua pihak yang sedang bertikai, maka perlulah
kita memanggil pihak ketiga yang dari segi kekuatan/potensi lebih tinggi dari
dua pihak yang bersangkutan yaitu kekuasaan yang dimiliki orang tua. Jika yang
menengahi, kekuatan/potensi kita kurang dari atau sama dengan kekuatan/potensi
mereka, bukannya perdamaian yang akan tercipta melainkan urusan akan tak berkesudahan.
Dari
masalah yang melingkupi manusia menggambarkan betapa ketidaksempurnaan
dimilikinya. Ketidaksempurnaan yang menyebabkan manusia menyadari siapa dirinya
yang sebenarnya. Dengan ketidaksempurnaannya, manusia akan tahu apa yang ia
mengerti dan apa yang tidak ia mengerti. Ketidaksempurnaan kehidupan manusia semakin
bermakna karena ketidakmengertiannya akan membuat manusia mencari tahu sehingga
terwujudlah suatu ilmu. Jika semua manusia diciptakan sempurna, maka lenyaplah
ilmu karena semua manusia telah mengerti semua hal. Ketidaksempurnaan manusia
itulah yang membuat kehidupan menjadi indah. Oleh karenanya, kita perlu
bersyukur atas ketidaksempurnaan kita. Karena sudah menjadi kodrat manusia
untuk tidak sempurna, maka dimungkinkan manusia untuk berbuat kesalahan. Untuk
itu, selain bersyukur kita harus mengimbanginya dengan cara terus memohon ampun
kepada Tuhan. Dengan berdoa setiap saat itulah cara memohon ampun kepada Allah.
Pengaplikasikannya dengan cara menyebut nama-Nya baik ketika kita sadar seperti
belajar, makan, berkendara maupun saat kita tidak sadar (tidur).
1 komentar:
Posting Komentar